Sunday, March 10, 2013

BUKTI BUAH CINTA YANG MANIS KEPADA NABI MUHAMMAD DAN ORANG TUA ( BIRRUL WALIDAIN )

Assalamu'alaikum Wa rohmatullohi
Wa barokaatuh.....

Segala puji hanya milik Alloh Azza Wa Jall Robb Seluruh makhluq, Sholawat dan Salam tertuju untuk manusia sempurna Junjungan alam Baginda Nabi tercinta Rosululloh Muhammad SaW.


SaudaraKu.......
Pada zaman Nabi Muhammad SaW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada, selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al'Quran dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Alloh pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Alloh memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”. Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SaW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Alloh, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlaq luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SaW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Alloh penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.

Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SaW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SaW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SaW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatinaa Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SaW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SaW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SaW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SaW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SaW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SaW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosululloh SaW, sayyidatinaa Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatinaa Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SaW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rosululloh SaW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SaW, memandang kepada sayyidinaa Ali k.w. dan sayyidinaa Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SaW wafat, hingga kekhalifahan sayyidinaa Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SaW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidinaa Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua.

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidinaa Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidinaa Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SaW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdulloh”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdulloh, yakni hamba Alloh. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi ".

Singkat cerita beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatulloh. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdulloh bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdulloh bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidinaa Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. subhanaalloh orang yang melakukan aktivitas memandikan, mengkafani dan mesholati sekaligus menguburkan Uwais adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi menjadi terkenal di langit.......

Semoga kisah ini menjadi i'tibar bagi kita semua...

Wassalamu'alaikum Wa rohmatullohi Wa barokaatuh

Saturday, March 9, 2013

ISTIGHFAR JUGA KUNCI RIZQI LHOOO . . .















Assalamu'alaikum wa rohmatullohi wa barokaatuh......


Maha Suci Alloh Azza wa Jall........
Maha Agung DIA, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Memberi hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya, dan mencabut hikmah dari siapa yang dikehendakiNya.

Kita semua sebagai manusia menghendaki hidup yang nyaman, bahagia, dan serba kecukupan. Untuk itu, setiap hari kita luangkan banyak waktu kita untuk pergi bekerja dan berharap rikqi selalu datang kepada kita. Tapi inilah dunia, tempat dimana kita tidak tahu kapan dan dimana kita akan mendapatkan rizqi  kita. Tapi bagi orang yang percaya akan kekuatan Alloh SwT, rizqi adalah suatu yang pasti untuk seluruh umat manusia didunia. Hanya permasalahannya adalah setiap manusia mempunyai rizkinya masing-masing. Ada yang hidupnya selalu dilimpahkan rizki, ada yang selalu kekurangan. ada yang selalu senang, ada yang selalu sedih. maka akan timbul pertanyaan, bagaimana kita bisa mendapati hidup kita selalu dalam limpahan rizki dari Alloh SwT ?

Pernahkah terpikir bahwa “ hanya ” dengan Istighfar Alloh SwT akan memudahkan segala urusan kita dan memperbanyak harta kita ?

Istighfar bermakna memohon ampun kepada Alloh SwT. Ketika seseorang melakukan kesalahan atau dosa, ia dapat segera memohon ampun kepada Alloh SwT dengan membaca istighfar. Mengingat setiap manusia tidak pernah lepas dari salah dan dosa, maka istighfar semestinya dilakukan setiap saat dan sesering mungkin.
Rasululloh SaW sendiri yang terjaga dari salah dan dosa ( ma’sum ) tidak pernah lupa membaca istighfar. Kata beliau, ” Sesungguhnya terdapat kesalahan atas qalbuku, sehingga aku membaca istighfar sebanyak seratus kali dalam sehari ” (HR Muslim).

Meski demikian, istighfar tidak akan berarti apa-apa jika perbuatan dosa tersebut diulang kembali. Di sinilah pentingnya mengiringi istighfar dengan bertobat.

Tobat secara bahasa bermakna kembali. Yaitu, kembali kepada jalan yang benar. Tobat seseorang baru sempurna jika disertai dengan dua hal. Pertama, perbuatan dosa atau maksiat yang pernah dilakukan dijauhi dan tidak diulang kembali. Kedua, menyesali perbuatan dosa atau maksiat tersebut dengan diiringi tekad tidak akan melakukannya lagi.

Bukan hanya itu. Istighfar ternyata juga ada hubungannya dengan rizqi dan urusan lain dalam hidup. Sabda Rasulullah SAW, ” Siapa saja memperbanyak istighfar, maka Alloh akan melapangkan setiap kesusahannya, memberi jalan keluar setiap kesukarannya, dan memberi rizqi tanpa diduga-duga. (HR Abu Dawud dan Nasa’i).

Dalam salah satu ayat-Nya, Allah SWT berfirman, ”Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan lebat kepadamu, membanyakkan harta dan anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai’.” (QS 71: 10-12).

Dalam menafsirkan ayat ini, ahli tafsir Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa istighfar dan tobat seseorang kepada Alloh akan menjadi jalan datangnya rizqi, turunnya hujan yang membawa keberkahan, bertambahnya keturunan, dan melimpah ruahnya hasil bumi.

Pada dasarnya, orang yang beristighfar sedang mengakui kesalahan yang mengotori jiwanya. Ketika ia memohon ampun dan bertobat, noda itu akan terhapus dari hatinya. Hati yang bersih akan mudah melakukan kebaikan, termasuk mencari rizki. Hati yang bersih akan mendorong seseorang untuk mendapatkan rezeki yang baik dan halal. Dari rizqi yang halal itulah turun keberkahan Alloh SwT.

Sebaliknya, hati yang dihiasi dosa, akan mendorong pemiliknya melakukan kejahatan. Ia tidak akan sungkan melakukan perbuatan kotor dan tidak halal. Dengan demikian, dosa dalam hati seseorang jika tidak segera dihapus dengan istighfar dan bertobat, akan menimbulkan dosa baru lainnya.

Pada akhirnya pribadi yang kotor oleh dosa akan jauh dari keberkahan rezeqi Alloh sebagaimana sabda Nabi SaW, ” Seorang hamba dicegah dari rizqi akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Berkaitan dengan hadis ini, Ibnu Qayyim Al-Jauzi mengatakan, ” Jika ketakwaan merupakan penyebab datangnya rizqi, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kefakiran. Tidak ada satu pun yang dapat memudahkan rizki Alloh kecuali dengan meninggalkan maksiat.”  Wallohu a’lam.

Saudaraku........
Rizqi tidak selalu berupa harta atau materi. Kesehatan kita juga adalah rizqi. Teman-teman yang baik adalah rizqi. Keimanan yang masih melekat di hati kita sehingga kita tergerak untuk taat, adalah rizqi. Sifat sederhana yang selalu menerima takdir Alloh SwT sehingga kita selalu hidup bahagia juga rizqi. Sungguh sebenarnya tiap jiwa senantiasa dalam rizqiNya. Hanya saja pasti ada nilai tertentu yang membedakan banyaknya rizqi itu dalam penilaian Alloh SwT.

Jadi, jika kita ingin selalu dilimpahkan rizqi olehNya, mari memperbanyak istighfar dan taubat. Semakin jauh kita dari dosa, semakin dekat kita dengan Alloh SwT, semakin dekat pula kita dengan kebahagiaan.


Semoga bermanfaat tulisan ini ada manfaatnya bagi kita semua...... Aamiin yaa azza wa jall

Wassalamu'alaikum wa rohmatullohi wa barokaatuh.......

Think Before You Speak . . . . .

Assalamu'alaikum Warrohmatullohi Wa barokaatuh.
Sahabatku, simaklah dgn iman Al'Ahzab 70 - 71 "Hai hamba - hamba beriman, bertaqwa kpd Alloh dan berkatalah dgn benar, niscaya Alloh akan memperbaiki amalan - amalanmu, dan mengampuni dosa2mu. Siapa yg sungguh2 taat kpd Alloh dan Rosul'Nya, sungguh telah meraih kemenangan besar". Dan dalam surah Qoof : 18 "Tidaklah berkata satu kata kecuali di catat oleh malaikat Roqid dan Atid".

Subhaanalloh... betapa untungnya berkata baik, benar, santun & mulia itu ternyata setiap berkata baik, Alloh memperbaiki keadaan kita & mengampuni dosa2 kita, dan ini pula yg membuat hamba2 beriman sangat berhati2 dalam berucap apalagi dalam perbuatan. Semuanya di catat dan di pertanggung jawabkan di hadapanNya di akhirat kelak.

Mari sama2 kita berdoa dgn mengamini doa ini :

" Yaa Alloh tancapkan di hati kami keindahan iman dan keindahan lisan... Aamiin"

Alfaqirul ilim Waddhoif.
Burhanuddin Shofwan Ahmad MT